Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyebab dan Cara Mengatasi Murai Batu Serak

gambar burung murai batu fighter juara
Burung Murai Batu (MB)
Onkicau.com – Sampai saat ini burung Murai Batu (MB) masih menjadi burung kicauan yang paling populer di Indonesia dan memiliki banyak penggemar.

Suara kicauan burung Murai Batu bisa dikatakan yang terbaik di antara burung-burung kicauan jenis lainnya. Kombinasi antara suara asli yang berkarakter ngebass dengan suara isian yang nyaring penuh variasi menjadikan suara kicauan burung fighter ini terdengar begitu merdu dan harmonis penuh power serta berkarakter.

Tapi meskipun termasuk jenis burung yang rajin berkicau dan sangat aktif, adakalanya kualitas suara Murai Batu menjadi kurang bagus ketika nurung tersebut mengalami gangguan tenggorokan yang menyebabkan suaranya menjadi serak.

Pada saat kondisinya normal / sehat, burung Murai Batu mampu berkicau dengan nada-nada tinggi dan lantang penuh power, tapi ketika sedang mengalami gangguan tenggorokan maka suara kicauannya akan berubah menjadi bernada rendah dan kurang jernih (serak). Volume suaranya juga terdengar kendor dan parau.

Selain itu, pada saat sedang mengalami gangguan tenggorokan, burung Murai Batu biasanya juga menjadi malas berkicau karena mungkin merasakan sakit pada tenggorokannya.


Jika Murai Batu menunjukkan tanda-tanda sakit tenggorokan yang ditandai dengan suaranyaa menjadi serak, sebaiknya segera ditangani agar tidak bertambah parah. Karena jika tidak segera di obati, maka lama-kelamaan gangguan serak ini bisa menyebabkan burung Murai Batu menjadi macet bunyi atau bahkan menyebabkan pita suaranya rusak.

Seringkali para pemilik Murai Batu menganggap sepele penyakit serak tersebut, karena biasanya meskipun suaranya terdengar serak tapi hal itu tidak mempengaruhi performa dan kondisi fisiknya.

Gangguan tenggorokan (serak) pada burung Murai Batu memang tidak serta merta akan mempengaruhi kondisi fisiknya, penyakit tersebut hanya berpengaruh pada performa kicauannya saja, tapi bukan berarti hanya dibiarkan saja tanpa ada tindakan untuk mengobatinya.

Karena jika dibiarkan, kemungkinan bisa menyebabkan Murai Batu menjadi macet bunyi, bahkan bisa lebih parah lagi karena bisa menyebabkan rusaknya pita suara dari Murai Batu tersebut.

Gangguan tenggorokan (serak) pada Murai Batu tidak bisa sembuh total dalam sekali pengobatan, perlu waktu cukup lama untuk memulihkan performa suaranya agar dapat kembali seperti semula.


Gangguan tenggorokan (serak) pada Murai Batu (MB) bisa disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:
gambar burung murai batu serak
Ilustrasi Murai Batu Serak
1. Penjemuran yang terlalu lama

Penjemuran memang sangat bermanfaat untuk kesehatan burung Murai Batu jika dilakukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakter burung.

Tapi jika penjemuran dilakukan dengan tidak tepat, misalnya durasi penjemuran dilakukan terlalu lama maka akan membuat burung Murai Batu mengalami dehidrasi. Apalagi jika selama proses penjemuran, pakan dan air minumnya tidak diberikan.

Hal itu dapat menyebabkan kondisi fisik Murai Batu menjadi drop dan pada kondisi seperti inilah Murai Batu menjadi rentan terserang penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang di akibatkan oleh virus yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan Murai Batu.

Penjemura sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara jam 07:00 - 10:00  pagi karena sinar matahari belum terlalu panas.

Jangan memaksakan Murai Batu untuk dijemur melebihi batas kemampuannya dalam menahan panas matahari. Jika Murai Batu sudah terlihat mangap dan gelisah ketika dijemur, sebaiknya segera di teduhkan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.


2. Memakan kroto yang sudah basi

Kroto merupakan extra fooding (EF) yang bisa dikatakan menjadi menu wajib untuk mendongkrak performa Murai Batu dan agar lebih gacor. Kandungan protein yang tinggi pada kroto sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi burung Murai Batu.

Tapi pemberian kroto harus masih dalam kondisi segar (baru), karena jika kroto yang diiberikan pada Murai Batu sudah tidak segar (basi) bisa menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk gangguan tenggorokan (serak). Karena kroto yang sudah basi kemungkinan besar mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit jika dikonsumsi burung Murai Batu (MB).

Ciri-ciri kroto yang sudah basi dilihat dari warnanya yang sudah agak kekuningan dan teksturnya tampak layu / lembek serta baunya tidak enak.

3. Sirkulasi udara yang tidak baik

Sirkulasi udara dilokasi sekitar Murai Batu digantang juga dapat mempengaruhi kualitas suaranya. Jika meletakkan Murai Batu diruangan yang pengap tanpa ventilasi udara yang memadai, hal itu dapat menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan Murai Batu dan berpotensi menyebabkan suaranya menjadi serak. Apalagi jika banyak asap diruangan tersebut.

Jadi sebaiknya, tempatkan kandang Murai Batu diluar ruangan. Jika terpaksa harus diletakkan didalam rumah, usahakan untuk menempatkannya di ruangan yang memiliki cukup ventilasi udara.

4. Kondisi kandang yang kotor

Kondisi kandang yang kotor juga bisa menyebabkan Murai Batu terserang berbagai macam penyakit, termasuk gangguan tenggorokan (serak).

Hal itu bisa terjadi karena debu-debu dan kotoran yang menempel dan berserakan didasar kandang ketika tertiup angin dan terhirup oleh burung akan menimbulkan gangguan saluran pernafasan dan menyebabkan suaranya menjadi serak.

Selain itu, kotoran burung yang menumpuk didasar kandang juga akan menghasilkan gas amoniak yang terakumulasi sidalam kandang yang tertutup kerodong, sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan, terutama organ paru-paru Murai Batu.

Oleh karena itu, kebersihan kandang Murai Batu (MB) harus diperhatikan agar burung selalu sehat, aktif dan terhindar dari serangan penyakit.


5. Kondisi cuaca

Perubahan musim yang tidak menentu (pancaroba) akan sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan burung Murai Batu (MB).

Perubahan cuaca dari panas dan tiba-tiba hujan atau sebaliknya dapat menyebabkan burung Murai Batu rentan terserang berbagai macam penyakit, terutama radang tenggorokan, serak, pilek, bahkan bisa sampai terserang penyakit tetelo.

Pada saat musim hujan, perawatan harian seperti mandi dan jemur sebaiknya tidak perlu dilakukan. Setiap hari burung Murai Batu cukup dikerodong saja agar tetap hangat dan hanya dikeluarkan pada saat cuaca sedang cerah atau ketika matahari muncul.

Voer juga harus sering diganti dengan yang baru, karena udara yang lembab pada musim hujan akan menyebabkan voer cepat berjamur. Jika Murai Batu memakan voer yang sudah berjamur maka dapat menyebabkan gangguan tenggorokan atau bahkan bisa keracunan.

Pada saat musim kemarau (panas), letakkan kandang Murai Batu (MB) ditempat yang sejuk yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Perawatan harian seperti mandi dan jemur harus dilakukan untuk menjaga kondisi fisik burung Murai Batu (MB) agar selalu fit.

6. Infeksi saluran pernafasan

Burung Murai Batu yang mengalami serak juga bisa disebabkan karena adanya infeksi pada saluran pernafasannya. Jika serak yang di alami Murai Batu di akibatkan karena adanya infeksi pada saluran pernafasannya, maka agak sulit untuk disembuhkan.

Infeksi pada saluran pernafasan burung Murai Batu (MB) tidak hanya akan membuat suaranya menjadi serak saja, penyakit tersebut juga bisa membuat Murai Batu macet bunyi jika sudah parah.


Gejala-gejala yang dapat dikenali jika burung Murai Batu (MB) mengalami infeksi pada saluran pernafasan biasanya ditandai dengan adanya lendir yang sering keluar dari paruhnya. Suara kicauannya juga terdengar bindeng (tidak plong) dan serak, serta sering tersedak / batuk ketika sedang berkicau.

Sedangkan gejala fisiknya bisa dikenali dari perilaku burung Murai Batu yang terlihat gelisah dan sering menaik-turunkan ekornya serta memegarkan kedua sayapnya.

Jika sudah terlihat tanda-tanda demikian, sebaiknya burung Murai Batu yang terserang penyakit infeksi pernafasan tersebut harus dipisahkan / dijauhkan dari burung-burung lainnya yang sehat karena penyakit tersebut bisa menular.

Untuk mencegah penyakit infeksi saluran pernafasan pada Murai Batu, maka kita harus memperhatikan kebersihan kandang dan perlengkapannya setiap hari untuk mencegah agar Murai Batu tidak terserang penyakit infeksi saluran pernafasan.

7. Mabung

Seringkali burung Murai Batu mengalami serak setelah selesai mabung / ngurak. Hal itu umum terjadi pada sebagian burung Murai Batu pasca mabung.

Pada saat masa mabung, maka kebiasaan dan pola perawatan Murai Batu tentunya mengalami perubahan yang drastis, dari mulai perawatan mandi dan jemur yang dihentikan untuk sementara waktu, settingan extra fooding (EF) juga dirubah dan lebih banyak dikerodong.

Pada masa mabung, rata-rata burung Murai Batu akan menjadi malas berkicau walaupun tadinya gacor. Hal itu disebabkan karena pada masa mabung konndisi mental dan fisik burung sedang tidak stabil karena terjadinya perubahan hormon didalam tubuhnya.

Selain itu, selama masa mabung / ngurak, burung Murai Batu juga lebih banyak dikerodong sehingga membuat sirkulasi udara didalam kandangnya menjadi sangat minim, dan terkadang juga diperparah dengan kondisi kandang yang kotor.

Selama masa mabung / ngurak, burung Murai Batu terkadang juga suka mematuki bulu-bulunya yang telah rontok untuk mengambil zat kalsium yang dibutuhkan untuk pembentukan bulu-bulu baru.

Kebiasaan mematuki bulu tersebut juga bisa menyebabkan terjadinya serak pada Murai Batu karena bisa saja ada bagian serpihan bulu yang ikut termakan sehingga mengganggu saluran pernafasannya dan menyebabkan suaranya menjadi serak / parau.


Berikut ini beberapa cara untuk mengobati Murai Batu (MB) yang mengalami serak:

1. Salah satu cara untuk mencegah agar Murai Batu tidak mengalami serak adalah dengan selalu menjaga kebersihan kandang dan juga sirkulasi udara didalam kandangnya agar tidak pengap dan lembab, baik ketika dalam kondisi mabung atau tidak mabung.

Jika kebersihan kandang selalu diperhatikan serta sirkulasi udara didalam kandangnya bagus, biasanya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama suara serak tersebut akan hilang dengan sendirinya.

2. Cara mengobati Murai Batu serak berikutnya adalah dengan memberikan larutan penyegar sebagai pengganti air minumnya. Tapi larutan penyegar hanya boleh diberikan pada burung Murai Batu yang mengalami serak maksimal selama 3 hari berturut-turut.

3. Cara selanjutnya yaitu dengan memberikan air rendaman bonggol bunga mawar. Ambil bonggol bunga mawar yang bunganya sudah rontok semua, kemudian potong menjadi beberapa bagian lalu masukkan ke dalam air putih / air mineral selama 3 hari.

Setelah direndam selama tiga hari, kemudian air rendaman bonggol bunga mawar tersebut disimpan didalam botol yang bersih sebagai persediaan untuk air minum burung Murai Batu (MB) yang sedang mengalami serak.

Berikan air rendaman bonggol bunga mawar tersebut sebagai air minum untuk Murai Batu setiap hari sampai seraknya benar-benar sembuh.

4. Cara lainnya untuk mengibati serak pada Murai Batu, yaitu dengan memberikan air seduhan jahe. Caranya: Bakar jahe kemudian digeprek, lalu diseduh dengan air mendidih. Tunggu sampai air seduhan jahe tersebut dingin lalu berikan pada burung Murai Batu yang mengalami serak sebagai air minumnya.

5. Selain itu, burung Murai Batu (MB) yang mengalami serak juga bisa diberikan cacing dengan sebanyak 1 - 2 ekor seminggu 3 kali.

6. Selain menerapkan beberapa cara di atas, sebaiknya burung Murai Batu juga diembunkan setiap pagi untuk menghirup udara segar. Karena embun pagi dan udara pagi dipercaya bisa menyegarkan saluran pernafasan Murai Batu.


Demikian sedikit informasi tentang penyebab dan cara mengatasi Murai Batu serak yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel On Kicau lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Penyebab dan Cara Mengatasi Murai Batu Serak"