Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Beternak Ayam Hutan Merah Agar Cepat Produk

gambar sepasang ayam hutan merah liar
Ayam Hutan Merah (Foto: Mediatani.co)
Onkicau.com – Ayam hutan merah (Gallus gallus) adalah satu dari dua spesies ayam hutan (ayam alas / ayam liar) yang ada di Indonesia selain ayam hutan hijau (Gallus varius).

Ayam hutan merah yang dalam bahasa Inggris disebut “red jungle fowl” diyakini merupakan nenek moyang dari ayam domestik yang saat ini banyak dipelihara oleh masyarakat.

Oleh karena itu, jenis ayam yang selama ini telah dipelihara secara luas termasuk dalam spesies “Gallus galus” yang telah didomestikasi dan dinamakan “Gallus gallus domesticus”.

Berdasarkan hasil penelitian DNA yang dilakukan oleh LIPI menemukan bahwa ayam domestik / ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) ternyata berasal dari satu nenek moyang, yaitu ayam hutan merah (Gallus gallus).

Dari hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari tiga wilayah yang dinyatakan sebagai pusat domestikasi ayam pertama kali di dunia selain Cina dan India.

Selain ayam hutan merah (Gallus gallus) terdapat 3 jenis ayam hutan lainnya yaitu:

- Gallus varius atau ayam hutan hijau (Green jungle fowl) yang terdapat di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan pulau-pulau kecil disekitarnya.

- Gallus lafayettii atau ayam hutan Sri Lanka (Sri Lanka jungle fowl) yang merupakan satwa endemik Sri Lanka.

- Gallus sonneratii atau ayam hutan kelabu (Grey jungle fowl) yang terdapat di India bagian selatan dan barat.


Ayam Hutan Merah memiliki panjang tubuh sekitar 70 cm (jantan) dan 45 cm (betina). Antara ayam hutan merah jantan dan betina dewasa memiliki penampilan fisik dan warna bulu yang berbeda sehingga mudah untuk membedakan jenis kelaminnya.

Ayam hutan merah jantan memiliki bulu-bulu dibagian leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka berwarna merah, iris mata coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bagian bawah tubuhnya berwarna hitam mengilap.

Pada bagian kepalanya terdapat jengger yang berbentuk gerigi dan gelambir berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14 sampai 16 bulu berwarna hitam kehijauan (metalik) dengan bulu ekor bagian tengah yang panjang dan melengkung ke bawah. Bagian kakinya berwarna kelabu dan memiliki sepasang taji.

Sedangkan ayam hutan merah betina memiliki bulu-bulu yang pendek berwarna coklat tua kekuningan dengan garis-garis dan bintik-bintik gelap.

Ayam hutan merah lebih menyukai hutan-hutan yang relatif tertutup atau daerah semak semi terbuka sebagai habitatnya.

Di alam bebas, ayam hutan merah (Gallus gallus) biasa hidup berkelompok, satu ayam jantan dan beberapa ayam betina. Pada pagi dan sore hari biasanya merakan akan keluar mencari makan di atas permukaan tanah.

Meskipun lebih banyak berkeliaran di atas permukaan tanah, tapi ayam ini memiliki kemampuan terbang yang cukup baik dan terkadang juga terlihat bertengger di atas pepohonan.

Di alam bebas ayam hutan merah biasa memakan berbagai jenis biji-bijian, pucuk-pucuk rumput dan dedaunan, serangga, ulat, cacing dan berbagai jenis hewan-hewan kecil yang ada dihutan.

Ayam hutan merah biasanya membuat sarang berupa gundukan kasar pada semak-semak yang lebat. Sebagaimana jenis ayam lainnya, ayam ini mampu berkembang biak sepanjang waktu dengan jumlah telur sebanyak 4 - 5 butir.


Habitat ayam hutan merah tersebar luas dihutan-hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia seperti Himalaya, Cina, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra, Jawa dan Bali. Selain itu, ayam ini juga di introduksi ke Sulawesi, Nusa Tenggara, Filipina dan Australia.

Ayam hutan merah banyak dipelihara karena memiliki penampilan fisik dan warna bulu yang indah serta suara kokok yang unik, terutama ayam hutan merah yang berjenis kelamin jantan.

Tapi sayangnya belum banyak yang menangkarkan ayam hutan merah meskipun peminatnya cukup banyak. Sebagian besar ayam hutan merah yang dipelihara oleh masyarakat adalah ayam hutan merah liar hasil tangkapan dari alam.

Ayam hutan merah yang baru ditangkap dari hutan rata-rata memiliki sifat liar dan masih dalam kondisi stress karena belum terbiasa dengan lingkungan Manusia. Oleh karena itu, ayam hutan merah yang baru ditangkap harus mendapatkan perawatan dan perlakuan yang tepat agar bisa bertahan hidup karena ayam ini sangat rawan mengalami stress.

Baik ayam hutan merah maupun ayam hutan hijau tangkapan alam memang sangat rawan mengalami stress. Dan jika kondisi stress tersebut terus berlanjut biasanya akan menyebabkan ayam hutan kehilangan nafsu makan kemudian sakit dan akhirnya mati.

Banyak sekali ayam hutan bakalan yang mati karena pemiliknya tidak mengetahui cara merawat dan memperlakukan ayam hutan tangkapan dari alam.


Ayam hutan yang baru ditangkap dari alam harus ditempatkan dilokasi yang tenang dan sepi, karena jika ada orang yang mendekati kandangnya biasanya ayam hutan bakalan akan melompat-lompat ketakutan sampai menabrak jeruji kandang dan seringkali sampai menyebabkan kepalanya terluka parah akibat terbentur atap kandang.

Oleh karena itu sebaiknya kandang untuk ayam hutan yang masih liar dibuat khusus atau diberi pengaman pada bagian dinding dan atapnya dengan kain atau bahan-bahan lunak lainnya agar saat ayam hutan bakalan menabrak kandangnya tidak menyebabkan luka yang serius.

Untuk menjinakkan ayam hutan merah bakalan memang memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi jika ayam yang dipelihara sudah dewasa (tua) maka akan lebih sulit lagi untuk dijinakkan karena ayam tersebut sudah terlalu lama hidup dihutan.

Ayam hutan merah banyak dipelihara karena memiliki suara yang khas dan memiliki penampilan fisik yang menarik. Tapi sayangnya masih sangat jarang peternak yang menangkarkan ayam hutan merah padahal minat masyarakat terhadap ayam hutan jenis ini cukup tinggi.

Budidaya ayam hutan merah merupakan peluang usaha yang cukup menjanjikan untuk menambah penghasilan karena peminatnya cukup banyak dan harga jualnya juga cukup tinggi.

Selama ini stok ayam hutan merah maupun ayam hutan hijau yang ada dipasaran sebagian besar merupakan ayam hutan liar tangkapan dari alam yang sulit untuk dijinakkan dan rawan mengalami kematian. Lain halnya dengan ayam hutan yang dipelihara dari anakan atau yang berasal dari penangkaran yang cenderung lebih mudah jinak dan bisa cepat berkokok.

Untuk beternak ayam hutan merah memang tidak semudah beternak ayam-ayam jenis lain karena sifat liarnya sulit dihilangkan meskipun sudah lama dipelihara. Oleh karena itu, untuk mencegah agar ayam hutan merah tidak stress sebaiknya kandang dan lingkungan kandangnya dibuat semirip mungkin dengan lingkungan dihabitat aslinya.


Berikut ini cara beternak ayam hutan merah yang benar agar cepat produk:
gambar sepasang indukan ayam hutan merah
Sepasang Indukan Ayam Hutan Merah
1. Menyiapkan kandang ternak

Untuk indukan ayam hutan merah yang sudah jinak atau minimal yang sudah tidak takut jika ada orang yang mendekati kandangnya (sudah siap tangkar) sebetulnya tidak memerlukan kandang yang terlalu luas atau lokasi yang harus dibuat seperti dihabitat aslinya.

Tapi jika menggunakan kandang sempit, yang menjadi masalah adalah keselamatan telur-telurnya karena bisa terinjak oleh induknya dan bisa pecah. Jadi sebaiknya ukuran kandang untuk beternak ayam hutan dibuat agak luas agar indukan ayam hutan merah masih bisa beraktivitas dengan leluasa.

Kandang ternak bisa dibuat dengan rangka kayu, bambu, atau besi dengan kombinasi kawat ram sebagai dindingnya agar lebih mudah untuk memantau aktivitas kedua indukan yang menempatinya. Didalam kandang ternak harus dilengkapi tenggeran, tempat pakan dan air minum serta sarang untuk tempat bertelur.

Lokasi kandang ternak yang tenang dan sepi memang diperlukan untuk indukan ayam hutan merah tangkapan hutan yang masih giras (takut orang) agar kedua indukan ayam hutan yang ditangkarkan tersebut tidak stress dan bisa berkembang biak dengan normal.

Tapi untuk indukan ayam hutan yang sudah jinak atau yang dipelihara dari kecil, lokasi kandang ternak yang ramai tidak menjadi masalah karena ayam hutan tersebut sudah terbiasa dengan aktivitas Manusia disekitarnya.


2. Menyiapkan calon indukan ayam hutan merah

Pilihlah indukan ayam hutan merah yang betul-betul sudah siap kawin. Untuk indukan ayam hutan jantan pilihlah yang sudah jinak, tidak takut orang dan agresif terhadap keberadaan ayam kampung betina atau ayam hutan betina.

Indukan ayam hutan jantan harus berusia lebih tua dari indukan ayam hutan betina. Karena jika usia ayam hutan jantan lebih muda biasanya ayam hutan betina tidak mau dikawini dan cenderung akan menyerang pejantannya.

Pilihlah indukan ayam hutan merah betina yang sehat dan sudah siap kawin. Ciri-ciri indukan ayam hutan betina yang sudah siap kawin biasanya sering bersuara krek.. krek.. krek.. dengan keras secara berulang-ulang, bahkan terkadang ada juga yang berkokok seperti ayam hutan jantan.

Selain itu, ciri-ciri lainnya juga dapat dilihat dari sorot matanya yang berbinar-binar dan bulu-bulunya yang tampak rapi, halus dan mengkilap.

Lebih bagus lagi jika membeli indukan ayam hutan merah yang sudah berjodoh atau yang sudah pernah diternakkan dan sudah pernah produk sebelumnya. Jadi tinggal meneruskan saja tanpa perlu repot untuk menjodohkannya.

Cara lainnya adalah dengan mengambil telur ayam hutan merah liar kemudian ditetaskan pada ayam kampung yang sedang mengeram. Anakan ayam hutan yang ditetaskan pada ayam kampung cenderung lebih jinak dan nantinya setelah dewasa bisa dijadikan sebagai indukan.


3. Pemberian pakan

Pakan utama ayam hutan merah adalah biji-bijian, tapi di alam bebas ayam ini juga sering memakan hewan-hewan kecil seperti rayap, belalang, jangkrik, cacing, ulat dan hewan-hewan kecil lainnya.

Jadi sebaiknya ketika dipelihara atau ditangkarkan, selain diberikan pakan berupa biji-bijian, ayam hutan merah juga perlu diberikan pakan hewani seperti jangkrik, ulat hongkong dan cacing untuk memenuhi kebutuhan proteinnya.

Untuk merangsang indukan ayam hutan betina agar cepat bertelur juga bisa diberikan sentrat yang biasa diberikan pada ayam petelur.

4. Masa bertelur dan panen

Setelah bertelur, indukan ayam hutan merah betina akan mengerami telur-telurnya selama 21 hari, dan jika sudah lebih dari 25 hari tapi telur-telurnya tidak juga menetas berarti telur-telur tersebut tidak fertil.

Setelah telur-telurnya menetas, maka kita bisa mengambil (menyapih) anakannya untuk dirawat sendiri agar indukan ayam hutan merah bisa cepat bertelur lagi.

gambar ayam hutan merah
Ayam Hutan Merah Jantan & Betina
Demikian sedikit informasi tentang cara menangkarkan ayam hutan merah agar cepat produk yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar ayam hutan dapat dibaca pada artikel On Kicau lainnya.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Cara Beternak Ayam Hutan Merah Agar Cepat Produk"